TRANSFORMASI LITERASI DARI MASA KE MASA : LEBIH DARI SEKEDAR MEMBACA DAN MENULIS
-Puri
Purnama Melati-
(Anggota Bidang Pengkajikan Ilmu Pengetahuan PC IPM Panawuan)
Seiring dengan kemajuan zaman yang
semakin pesat, teknologi yang canggih dan peradaban yang mulai bergeser kepada
modernisasi. Hal tersebut membawa perubahan yang cukup besar pula dalam dunia
pendidikan. Salah satunya yaitu bidang literasi, pemahaman literasi pada era
sekarang tidak hanya mengenai membaca dan menulis saja, lebih dari itu mencakup
kemampuan berpikir kritis terhadap segala sesuatu dalam berbagai bidang.
Literasi menjadi hal yang sangat
penting bagi seorang pelajar, bahkan menjadi tuntutan untuk menunjang proses pembelajaran. Pada
hakikatnya dengan memperbanyak literasi akan menambah wawasan dan meningkatkan
kemampuan berpikir kritis seorang pelajar. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
kemampuan literasi di Indonesia sangatlah rendah, hal ini dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Students.
Asessment (PISA) terhadap kemampuan literasi (matematika, sains, dan bahasa)
siswa dari berbagai dunia berturut-turut pada tahun 2003, 2006, 2009, dan 2012.
Khusus untuk literasi bahasa, tahun 2003 prestasi literasi membaca siswa
Indonesia berada pada peringkat ke-39 dari 40 negara, tahun 2006 pada peringkat
ke-48 dari 56 negara, tahun 2009 pada peringkat ke-57 dari 65 negara, dan tahun
2012 pada peringkat ke-64 dari 65 negara. Sejalan dengan hal itu, terdapat
penelitian yang dilakukan oleh Progress
in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006. PIRLS
melakukan kajian terhadap 45 negara maju dan berkembang dalam bidang membaca
pada anak-anak kelas IV sekolah dasar di seluruh dunia di bawah koordinasi The
International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA)
dan memperoleh hasil yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke 41.
Berdasarkan penelitian penelitian
tersebut, menunjukkan bahwa tingkat minat literasi di Indonesia sangatlah
rendah sehingga mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di Indonesia. Hal
tersebut dapat disebabkan kurangnya pemahaman secara mendalam mengenai
literasi, Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk meningkatkan minat serta
pemahaman literasi kepada masyarakat khususnya seorang pelajar.
Kuder&Hasit mengemukakan bahwa
literasi sangat berhubungan dengan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan
mengolah berbagai informasi yang didapatkan sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan kehidupan sehari-hari. (National Literacy Act, Metiri
Group:2003). Sejalan dengan itu Mustafa (2004) mengungkapkan bahwa literasi
merupakan kemampuan membaca, menulis, dan berpikir kritis.
Berdasarkan pengertian tersebut,
literasi merupakan kegiatan membaca, menulis, serta mengolah dan memahami suatu
informasi sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan sehari hari.
Membaca dan menulis adalah elemen
dasar dari literasi, dan mereka memainkan peran kunci dalam mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan pemahaman. Namun, literasi juga mencakup pemahaman
yang mendalam tentang berbagai media dan sumber informasi. Salah satunya
literasi digital, yaitu kemampuan untuk memahami dan menganalisis pesan yang
disampaikan melalui media seperti televisi, radio, internet, dan media sosial.
Selain itu, literasi juga mencakup literasi numerasi atau kemampuan dalam
matematika, literasi teknologi, serta literasi sosial dan budaya.
Dalam konteks pendidikan, literasi
memiliki peran penting dalam perkembangan pelajar sebagai subjek pendidikan.
Literasi bukan hanya tentang kemampuan membaca dan menulis seperti yang sering
diasosiasikan, tetapi juga melibatkan pemahaman terhadap dunia sekitar dan
pemanfaatan keahlian yang dimiliki. Literasi modern tidak terbatas pada buku,
tetapi juga mencakup kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan informasi
dalam era digital.
Dengan teknologi yang ada saat ini,
generasi milenial dapat dengan mudah berliterasi tanpa perlu pergi ke
perpustakaan atau membeli buku fisik. Gawai pintar yang dilengkapi dengan
aplikasi membuka akses yang lebih luas dan mudah diakses untuk berliterasi di
mana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, alasan untuk tidak berliterasi dalam
era digital saat ini hampir tidak ada lagi.
Teknologi digital tentunya membawa
dampak positif dan negatif terhadap perkembangan literasi. Dampak positifnya
yaitu mudahnya mengakses informasi untuk berliterasi, namun disisi lain
memberikan dampak negatif, pelajar sering kali lebih tertarik untuk
menghabiskan waktu di media sosial, menonton video, atau bermain game daripada
membaca buku. Hal ini dapat menghambat pengembangan minat baca mereka karena
literasi sering kali dianggap sebagai kegiatan yang kurang menarik dibandingkan
dengan hiburan digital yang lebih instan. Selain pengaruh media sosial,
kurangnya akses ke buku dan kurangnya fasilitas untuk literasi menjadi penyebab
rendahnya minat literasi.
Namun, terdapat beberapa Upaya untuk
meningkatkan minat literasi khususnya bagi seorang pelajar. Salah satu Upaya
meningkatkan minat literasi yaitu dengan mengadakan program Gerakan Literasi
Sekolah (GLS), menciptakan kondisi belajar yang kreatif saat pembelajaran, serta
perlu adanya peran dari orang tua untuk mendukung anaknya supaya memperbanyak
literasi.
Penting untuk memahami bahwa
literasi bukan hanya tentang menguasai satu aspek saja. Sebaliknya, literasi
adalah kumpulan keterampilan dan pemahaman yang saling terkait dan saling
melengkapi. Kemampuan membaca dan menulis tetap menjadi landasan, tetapi
kemampuan literasi yang lebih luas membantu individu menjadi lebih terampil
dalam berpikir kritis dan berkontribusi pada masyarakat dengan lebih efektif.
Rendahnya minat literasi di kalangan
pelajar adalah masalah yang perlu segera diatasi. Ini memerlukan kerja sama
dari berbagai pihak, termasuk sekolah, pemerintah, guru, dan orang tua. Dengan
upaya yang tepat, kita dapat menciptakan generasi pelajar yang lebih terampil
dalam literasi, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi positif pada
perkembangan masyarakat dan negara. Literasi bukan hanya keterampilan, tetapi
juga pintu menuju pengetahuan, pemahaman, dan pemikiran kritis
yang lebih baik.
Referensi :
Suragangga, N. 2017. Mendidik Lewat
Literasi Untuk Pendidikan Berkualitas. Jurnal Penjaminan Mutu Lembaga
penjaminan Mutu Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Vol. 3. No. 2
Kharizmi, M. 2015. Kesulitan Siswa
Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi. Jupendas. Vol. 2.
No. 2
Fitriani, Y. Aziz, A. 2019. Literasi
Era Revolusi Industri 4.0. Seminar Nasional Bahasa dan Sastra. Edisi 1.
Komentar
Posting Komentar